Sabtu, 25 Juli 2009

Rencana desain rumah

Selasa, 13 Januari 2009

rajawali emas

Rajawali

Terbang tinggi atau diam


Bahaya terbesar bagi sebagian besar dari kita bukanlah cita-cita yang terlalu tinggi dan kita gagal menggapainya, melainkan cita-cita itu terlalu rendah dan kita berhasil meraihnya.

-Michaelangelo (1475-1564)-


Suatu ketika seorang Indian menemukan sebutir telur burung rajawali dan meletakkannya di sarang seekor ayam kampong. Akhirnya telur itu menetas, dan anak burung rajawali tersebut dibesarkan bersama-sama dengan anak-anak ayam kampung tadi. Sepanjang hidupnya , si rajawali menganggap dirinya sebagai ayam kampung. Ia berlaku seperti ayam kampung. Mengais-ngais tanah untukmencari biji-bijian dan serangga. Berkokok dan berkotek. Terbang sejauh beberapa meter dari permukaan tanah –bukankah aayam kampung memang hanya sanggup terbang sejauh itu?


Tahun demi tahun berlalu, dan si rajawali menjadi sangat tua. Suatu hari, ia melihat seekor burung yang menakjubkan sedang terbang tinggi dilangit jernih tak berawan. Dengan memanfaatkan hembusan angin yang kuat, ia melayang tinggi sambil sesekali mengepakkan sayapnya yang keeemasan. Kelihatan begitua agung dan perkasa!


“ luar biasa sekali burungitu! ” kata si rajawali pada temannya. “ burung apa itu? ”


“ itu burung rajawali-rajanya burung,” sahut temannya. “ tapi, janganlah terlalu dipikirkan. Kau tak mungkinmenjadi seperti dia.”


Maka, si rajawali tidak pernah lagi memikirkannya. Ia pun mati dengan beranggapan, dirinya hanyalah seekor ayam kampung.


Anthony de Mello Sj, burung berkicau

Tragis ya teman…

Sebenarnya ia diciptakan untuk terbang tinggi menembus awan, namun ia terkungkung di atas tanah, mengais-ngais mencari biji-bijian dan serangga. Padahal ia adalah unggas yang paling menakjubkan, tapi ia menuruti omongan temannya. “Hei, kamu’kan Cuma ayam kampung…Ayo, kita pergi cari serangga!”


Kita pun mungkin seperti rajawali dalam cerita tadi. Jauh dilubuk hati, kita tahu sesungguhnya kita diciptakan untuk melakukan tugas-tugas yang jauh lebih besar daripada yang telah kita kerjakan sebelumnya. Tapi memang jauh lebih mudah mengais-ngais tanah untuk mencari serangga daripada melayang tinggi menembus awan-awan. Jauh lebih mudah menerima status quo daripada mencoba bertualang.


Memang seperti itu, namun apa yang dapat diperoleh dengan mudah dan tidak menuntut pengorbanan jarang memberikan kepuasan sesungguhnya. Mulai hari ini, mari kita menyingkirkan ambisi kecil dan menghancurkan sikap hidup yang apatis dan biasa-biasa saja.


Namun, ingatlah selalu: setiap pencapaian yang unggul dan benar-benar berharga menuntut pengorbanan. Untuk itu, mari kita jawab dalam hati kita pertanyaan ini : Seberapa jauh saya bersedia membayar harga melalui kerja keras, ketabahan, pengorbanandan ketekunan untuk menjadi manusia yang unggul? jawaban kita sangat menentukan karena harga yang harus dibayar sangat mahal.


Keunggulan tidak dibatasi oleh jenis kelamin, umur, ras, atupun jabatan seseorang. Artinya, kehidupan yang unggul ini tersedia bagi kita semua. Siapa pun kita, kita dapat menjadikan hari ini suatu awal yang baru.


Bagaimana kita akan menggunakan waktu-waktu yang sangat berharga ini ? Apakah kita memilih untuk hidup sebagai ayam kampung, asyik mengais-ngais tanah untuk mencari biji-bijian dan serangga?ataukah kita akan memilih untuk terbang tinggi, menjalani kehidupan ini sesuai dengan kehendak Allah bagi kita?



KISAH SEEKOR SIPUT

Di suatu hari di awal musim semi, seekor siput memulai perjalanannya
memanjat sebuah pohon ceri. Beberapa ekor burung di sekitar pohon itu
melihat sang siput dengan pandangan aneh. "Hei, siput tolol," salah
seekor dari mereka mencibir, "pikirmu kemana kamu akan pergi?". "Mengapa
kamu memanjat pohon itu?" berkata yang lain, "Di atas sana tidak ada
buah ceri."

"Pada saat saya tiba di atas," kata si siput, "Pohon cerinya akan
berbuah."

Anonim
Editor: Brian Cavanaugh, "Packet of Sower's Seeds"

Keep on studying....
Belajar terus daripada besok-besok kita berucap, "Mengapa aku dulu nggak
belajar dan mencoba?".